Sukague.com - Kisah Tiga Negara
(Bahasa Inggris: Romance of the Three Kingdoms) adalah sebuah roman
berlatar-belakang sejarah dari zaman Dinasti Han dan Tiga Negara.
Di kalangan Tionghoa di Indonesia, kisah ini dikenal dengan nama Samkok
yang merupakan dialek Hokkian dari sanguo atau tiga negara. Sering orang
salah kaprah akan perbedaan Kisah Tiga Negara atau Kisah Tiga Kerajaan
mengingat terjemahan bahasa Inggris dari roman ini adalah Romance of the
Three Kingdoms, namun pada sebenarnya, yang tepat adalah Kisah Tiga
Negara mengingat pada klimaks roman ini, ketiga pemimpin yang bertikai;
Cao Cao, Liu Bei dan Sun Quan masing-masing telah memaklumatkan diri
sebagai kaisar dan mengklaim legitimasi sebagai kekaisaran yang mewarisi
Dinasti Han yang telah runtuh.
Roman ini ditulis oleh Luo Guanzhong (羅貫中), seorang sastrawan dinasti
Ming yang mengambil referensi dari literatur sejarah resmi mengenai
Zaman Tiga Negara di Tiongkok dimulai dari penghujung Dinasti Han,
pecahnya Tiongkok ke dalam tiga negara dan kemudian dipersatukan kembali
di bawah Dinasti Jin. Selain dari sejarah resmi, Luo juga mengambil
referensi dari cerita rakyat turun temurun yang dituturkan secara lisan
di masyarakat pada masa hidupnya.
Kisah Tiga Negara adalah salah satu karya sastra klasik yang paling
populer di dalam sejarah Tiongkok. Luo menuliskan roman ini dalam 120
bab yang mempunyai alur cerita bersambung dengan referensi Catatan
Sejarah Tiga Negara oleh Chen Shou dan sedikit imajinasinya sendiri.
Ada sekitar lebih 400 tokoh sejarah yang diceritakan di dalam Kisah Tiga
Negara yang dilukiskan dengan karakter berbeda. Cao Cao, Liu Bei dan
Sun Quan sama sebagai karakter pemimpin namun berbeda dalam sifat dan
pemikiran. Demikian pula penasehat Zhuge Liang, Xun You, Guo Jia dan
Zhou Yu masing-masing berbeda pandangan dan wataknya. Setiap karakter
mempunyai watak dan sifatnya sendiri yang berbeda satu sama lain.
Penggambaran perbedaan watak karakter ini menjadikan roman ini diakui
sebagai salah satu wakil dari puncak perkembangan sastra Tiongkok dalam
sejarah. Kisah Tiga Negara ditulis dalam bahasa klasik (文言文).
NAH INI DIA YANG AGAN TUNGGU-TUNGGU ! 10 JENDRAL TERHEBAT PADA MASA 3 KERAJAAN :
LuBu:
Lü Bu (153 – 198), nama lengkap Lü Fengxian, lahir di Wuyuan(sekarang
Mongolia Dalam) adalah seorang jenderal terkenal dari penghujung zaman
Dinasti Handan Tiga Negara.Lu Bu dengan ciri khas memakai penutup kepala
dengan ekor, ia memiliki kuda bernama Red Hare yang dikenal karena daya
tahannya dalam pertempuran. Kuda ini berasal dari Fergana dan menurut
legenda dapat berlari sejauh 1000 li (500 km) dalam satu hari.
Guan Yu (Shu):
Guan Yu (160 - 219) adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga
Negara. Guan Yu dikenal juga sebagai Kwan Kong, Guan Gong, atau Kwan Ie,
dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng,
provinsi Shanxi), ia bernama lengkap Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.
Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia bersumpah setia
mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik
terkecil).
Zhang Fei (Shu):
Zhang Fei bernama lengkap Zhang Yide,saudara angkat termuda dari Liu Bei
dan Guan Yu dan seorang panglima perang terkenal pada Zaman Tiga
Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negara karangan Luo Guan Zhong. Di
kalangan Tionghoa Indonesia, ia dikenal juga dengan nama Tio Hoei.
Zhao Yun (Shu):
Zhao Yunadalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Ia
terakhir mengabdi pada negara Shu Han. Ia lahir di Zhending (sekarang
kabupaten Zhengding, provinsi Hebei). Zhao Yun bernama lengkap Zhao
Zilong.
Pertama mengabdi kepada Gongsun Zan, ia kemudian tidak menyerah
kepadaYuan Shao yang menaklukkan Gongsun Zan. Setelah itu, ia bertemu
Liu Bei dan memutuskan untuk mengabdi kepadanya. Setelah Liu Bei wafat
ia menjaga Liu Chan Sampai akhir hayat.
Ma Chao (shu):
Ma Chao bernama lengkap Ma Mengqi putra tertua dari Ma Teng, seorang
jendral pada Zaman Tiga Negara. Dalam novel Kisah Tiga Negarakarangan
Luo Guan Zhong, Ma Chao juga dikenal sebagai anggota dari Lima Panglima
Harimau dari negeri Shu Han.
XiaHao Dun (Wei):
Xiahou Dun (? - 220) adalah jendral perang negara Wei. Ia masih
berkerabat dengan Cao Cao karena ayahnya diadopsi oleh keluarga Cao.
Ia terkenal dengan panggilan Si Buta Xiahou karena sebelah matanya buta
setelah terluka dalam satu pertempuran di tahun 198, ketika ia sedang
melawan Lu Bu mata kirinya tertancap panah, kemudian ia memakan matanya
sendiri.
Taishi Chi (Wu):
Taishi Ci (166 - 206 M) adalah perwira militer negara Dong Wu pada Zaman
Tiga Negara di Tiongkok dulu. Pada awalnya Taishi Ci bekerja dibawah
Liu Yao tetapi kemudian melanggar kesetiaannya setelah Liu Yao menolak
untuk memperhatikan nasihat strategi yang diajukan oleh Taishi Ci,
kemudian dia melarikan diri ke daerah tetangga. Taishi Ci melarikan diri
ke daerah Dangyang, suatu posisi daerah militer yang strategis dan
penting sejak zaman Sun Tzu, disana dia mengangkat dirinya sebagai
gubenur.
Zhang Liao (Wei):
Zhang Liao adalah salah satu tokoh Tiongkok pada Zaman Tiga Negara. Pada
awalnya Zhang Liao mengabdi pada Lu Bu. Setelah Kematian Lu Bu, Dia
mengabdi pada Cao Cao. Dalam pertempuran di He Fei, Dia berhasil memukul
mundur 100.000 pasukan Wu hanya dengan 800 prajurit. Dia ditakuti di
berbagai tempat dan nama Zhang Liao disebutkan dapat langsung mendiamkan
bayi yang sedang menangis.
Dia merupakan pemimpin dari semua jenderal Wei. Ketika Cao-Cao sedang
menyerang Han zhong , ia ditugaskan untuk menjaga kota Wan untuk
mencegah penyerangan Wu yang bertujuan untuk menyerang He Fei yang
merupakan tempat perbekalan bagi Cao Cao yang sedang menyerang Liu Bei
didaerah Han zhong. Zhang Liao juga termasuk salah satu jenderal yang
paling setia seperti Xiahou Dun dan Xu Chu. Dalam pertempuran melawan Wu
dia berhasil mengakibatkan terbunuhnya salah satu jenderal andalan Wu
yaitu Taishi Chi. Dalam pertempuran melawan Wu juga akhirnya Zhang Liao
gugur dalam peperangan karena terkena panah beracun.
Huang Zhong (Shu):
Huang Zhong (Hanzi:黃忠),bernama lengkap Huang Hansheng (黃漢升), seorang
jendral dari Zaman Tiga Negara. Huang Zhong adalah salah satu dari Lima
Jenderal Macan Shu Han
Gan Ning (Wu):
Gan Ning (?-222) adalah seorang jenderal Wu pada Zaman Tiga Negara. Gan
Ning sebelumnya adalah seorang perompak. Ia menaruh berberapa bel di
bajunya, sehingga musuh tahu kalau dia datang. Setelah menjadi perompak,
ia direkrut menjadi bawahan Huang Zu dan Liu Biao. Saat Sun Quan
menyerang Huang Zu, Gan Ning berhasil membunuh Ling Cao, salah satu
jenderal bawahan Sun Quan sekaligus ayah dari Ling Tong. Hal ini yang
membuat Ling Tong sempat dendam dan antipati terhadapnya. Setelah Huang
Zu dikalahkan Yuan Shao, Gan Ning menjadi bawahan Yuan Shao. Zhou Yu dan
Lu Meng sangat menyambutnya ke Wu. Jasanya juga dipakai dalam
Pertempuran Chibi. Namun dia dibunuh oleh Sha Moke pada saat pertempuran
Wu melawan Shu di pertempuran Yiling.
Rabu, 19 Desember 2012
Selasa, 04 Desember 2012
Dokter yang menangani Diego Angkat Tangan
Lihat Foto
Diego Mendieta Meninggal Akibat Komplikasi Penyakit
Diego dirawat di RSUD Dr Moewardi sejak 27 November 2012 dan langsung ditangani oleh Kepala Bagian Penyakit Dalam, Moewardi Prof Dr dr H Ahmad Guntur Hermawan sendiri.
Berdasarkan pemeriksaan tim dokter, Diego didiagnosa terinveksi virus yang disebut Cytomegalovirus. "Dia sering mengeluh sakit di mata dan sakitnya terasa menembus sampai di bagian belakang kepala. Setelah kita scan ternyata memang ada virus penyakit yang menyerang sampai ke otak," terang Guntur, Selasa (4/12/2012).
Menurutnya, tak hanya terserang virus, saat diperiksa, diketahui bahwa ada jamur yang tumbuh di kerongkongan dan diduga hingga saluran pencernaan Diego. "Jamur ini bernama Candidiasis, dan inilah yang mebuat dia tidak doyan makan.
Virus dan jamur ini yang membuat daya tahan tubuhnya semakin melemah," terangnya. Kemungkinan, virus dan jamur tersebut sudah menginveksi tubuh Diego sejak lama, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir.
Kondisi sang penggedor gawang itu semakin memburuk karena dokter juga mendiagnosa bahwa Diego positif mengidap Demam Berdarah Dengue (DBD). "Daya tahan tubuh yang semakin lemah, membuat banyak penyakit lain menyerang. Saat saya cek trombositnya rendah, terknyata benar dia juga terkena DBD," sambungnya.
Diego Mendieta Meninggal Akibat Komplikasi Penyakit
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ade Rizal
TRIBUNNEWS.COM, SOLO -- Kepala Bagian Penyakit
Dalam, Moewardi Prof Dr dr H Ahmad Guntur Hermawan SpPD - KPTI, FINASIM
mengatakan, eks striker Persis Solo asal Paraguay, Diego Mendieta
akibat komplikasi penyakit yang diidapnya.Diego dirawat di RSUD Dr Moewardi sejak 27 November 2012 dan langsung ditangani oleh Kepala Bagian Penyakit Dalam, Moewardi Prof Dr dr H Ahmad Guntur Hermawan sendiri.
Berdasarkan pemeriksaan tim dokter, Diego didiagnosa terinveksi virus yang disebut Cytomegalovirus. "Dia sering mengeluh sakit di mata dan sakitnya terasa menembus sampai di bagian belakang kepala. Setelah kita scan ternyata memang ada virus penyakit yang menyerang sampai ke otak," terang Guntur, Selasa (4/12/2012).
Menurutnya, tak hanya terserang virus, saat diperiksa, diketahui bahwa ada jamur yang tumbuh di kerongkongan dan diduga hingga saluran pencernaan Diego. "Jamur ini bernama Candidiasis, dan inilah yang mebuat dia tidak doyan makan.
Virus dan jamur ini yang membuat daya tahan tubuhnya semakin melemah," terangnya. Kemungkinan, virus dan jamur tersebut sudah menginveksi tubuh Diego sejak lama, setidaknya dalam beberapa bulan terakhir.
Kondisi sang penggedor gawang itu semakin memburuk karena dokter juga mendiagnosa bahwa Diego positif mengidap Demam Berdarah Dengue (DBD). "Daya tahan tubuh yang semakin lemah, membuat banyak penyakit lain menyerang. Saat saya cek trombositnya rendah, terknyata benar dia juga terkena DBD," sambungnya.
Pemain yang bernama Diego Mendieta meninggal dunia
- Lihat FotoSoal Diego Mendieta, Sejumlah Dokter Angkat Tangan
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Puthut Ami Luhur
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Kabar kematian mantan penyerang Persis Solo, Diego Mendieta, memicu keprihatinan banyak pelaku sepak bola.Beberapa pemain di antaranya mantan kapten PSIM, Nova Zaenal dan pemain PSS Sleman, Anang Hadi, memasang foto bergambar Diego Mendieta yang sedang tersenyum.
Gambar Diego dilengkapi tulisan keinginan terakhir pemain asal Paraguay yang menghembuskan nafas terakhir, di RSD Moewardi Solo, Senin (3/12/2012).
Mereka memasang foto Diego sebagai gambar identitas akun BlackBerry Messenger. Beberapa di antaranya melengkapi dengan kata-kata atau mengirim broadcast messege, berisi keinginan terakhir Mendieta.
Berikutkeinginan terakhir Diego yang ditulis dengan tinta merah dan dipajang sebagai gambar identitas akun BlackBerry Messenger beberapa pemain serta pelaku sepak bola:
Gak minta gaji Full
Aku
Cuma minta tiket pesawat
Biar bisa pulang
Ketemu MAMAH
Dan
Mati di negara saya
RIP#Diego Mendieta
Senin, 03 Desember 2012
Timnas gagal melaju ke semi-final
Timnas Indonesia Gagal Melaju Ke Semifinal AFF Cup 2012
Posted by sanman | Minggu, Desember 02, 2012 | Catatan Sepak Bola | 0 comments » Timnas Indonesia akhirnya harus menyerah 0-2 atas timnas Malaysia di stadion Bukit Djalil, Malaysia. Dengan ini berarti timnas Indonesia gagal melaju ke babak semifinal. 2 Gol tersebut dicetak Malaysia di babak pertama menit ke 27 oleh Azammuddin bin Mohd Akil dan menit ke 30 oleh Mahali Jasuli. Masuknya Andik pada menit ke 35 juga tidak banyak membantu, karena lawan sudah mengenal karakter permainan Andik. Saya sebenarnya heran, kenapa Pelatih Nil Maizar mau menggunakan cara bermain yang sama ketika menang 1-0 atas Singapura beberapa hari yang lalu, dimana Andik disimpan sebagai "super sub", mirip pepatah "Keledai pun tidak akan jatuh di lubang yang sama".Di babak ke dua, masuknya Tony Cussell dan Van Beukering, menambah jumlah pemain naturalisasi Belanda di kubu Indonesia, setelah sebelumnya sudah ada Raphael Mautimo dan Irfan bachdim. Timnas kali ini seolah ingin kembali ke era kejayaan "timnas Hindia Belanda" sewaktu tahun 1928-an. Pelatih rupanya lebih percaya kepada pemain "siap pakai" ketimbang pemain asli asal Indonesia. Padahal, kualitas dari pemain naturalisasi ini pun tidak spesial amat, karena hanya bermain di divisi 3 atau divisi amatir liga Belanda. Saya berandai-andai, apabila Diego Michiels tidak menjadi tersangka akibat kasus pemukulannya, pasti dia juga akan dimainkan sebagai bek kiri. Belum lagi kalau Cristian Gonzales, Victor igbonefo, dan beberapa pemain naturalisasi lain semua ikut dibawa, lengkaplah skuad "tentara bayaran" Indonesia.
Kebiasaan tim dalam bergantung kepada pemain asing, sebenarnya sudah mendarah daging dari level club (liga). Berhamburannya pemain asing dalam satu klub yang diizinkan hingga 5-6 orang itulah yang sebenarnya menghambat bibit-bibit muda kita muncul. Apalagi di barisan penyerang, rata-rata setiap klub ada 2-3 pemain striker asing. Akhirnya "buah" inilah yang di panen sekarang, dimana Indonesia hanya bisa menceploskan 3 gol sepanjang turnamen AFF Cup 2012 ini, dan tidak ada satu gol pun dari pemain berposisi striker.
Banyak juga yang beranggapan, kalau skud timnas kali ini memang "kurang dalam". Artinya, pelatih tidak punya pilihan/pelapis yang baik di semua lini. Tidak adanya pemain berpengalaman/punya caps banyak, seperti Firman Utina, Ahmad Bustomi, Hamka Hamzah, Syamsidar, dsb. Pemain yang ada sekarang rata-rata capsnya dibawah 10, dan itu sangat tidak baik apabila menghadapi turnamen-turnamen sarat gengsi seperti AFF Cup ini. Pemain-pemain tersebut, bukan karena tidak mau bergabung, tetapi karena tidak diizinkan untuk bergabung bersama timnas oleh klubnya masing-masing (saya rasa akibat diperintah oleh penguasa liga LSI, anda tahu kan siapa?) akibat dualisme kompetisi yang ada sekarang.
Timnas yang sekarang memang lagi sakit, dan itu tidak bisa ditutupi. Selama dualisme kompetisi ini tetap ada, kita tidak akan bisa menampilkan kekuatan timnas yang sesungguhnya. Lalu, siapa yang harus bertanggung jawab? PSSI? KPSI? Saya rasa mungkin sebaiknya pemerintah segera campur tangan saja, agar timnas Indonesia segera dibekukan oleh FIFA untuk sementara waktu agar semua cooling down sejenak untuk berpikir positif dan BELAJAR UNTUK MENGALAH...
Langganan:
Postingan (Atom)